Cirebon, fkannews.com – Kamis pagi, 3 Juli 2025, suasana di beberapa SMA negeri favorit di Kota Cirebon berubah menjadi lautan harapan. Ratusan siswa berseragam rapi tampak berdiri berbaris di depan gerbang, ditemani para orang tua yang tak kalah tegang. Di halaman SMA Negeri 1, 2, dan 6, tatapan mereka seakan menyatu pada satu titik: diterima di sekolah impian.
Ini adalah hari pelaksanaan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahap kedua. Pendaftaran dilakukan melalui tiga jalur—nilai rapor, kejuaraan akademik, dan kejujuran non-akademik. Di tengah antrean panjang, sebagian orang tua terlihat berdiri, sebagian lagi duduk di trotoar, mengamati dari kejauhan anak-anak mereka yang mengikuti proses seleksi. Di SMA Negeri 1, jumlah pendaftar mencapai 356 orang. Tingginya antusiasme membuat pihak sekolah membagi tes menjadi tiga sesi. Sementara kuota yang tersedia terbatas hanya untuk 160 siswa, terdiri dari 112 siswa jalur rapor, 9 dari jalur kejuaraan akademik, dan 39 dari kejujuran non-akademik.
Situasi tak jauh berbeda juga terlihat di SMA Negeri 2. Tercatat 280 peserta mengikuti tahap ini, memperebutkan 129 kursi. Rinciannya, 73 untuk jalur rapor, 21 dari kejujuran akademik, dan 35 melalui kejujuran non-akademik. Suasana sekolah tampak sibuk namun tertib. Para guru dan panitia disibukkan dengan pengaturan teknis seleksi, sementara siswa tampak serius menatap soal-soal ujian yang terbentang di atas meja.
Di SMA Negeri 6, semangat para pendaftar tak kalah tinggi. Dari 260 siswa yang mendaftar, hanya 100 orang yang akan diterima. Rinciannya, 48 siswa dari jalur rapor, 12 dari kejuaraan akademik, dan 40 dari kejujuran non-akademik. Meski terik matahari mulai menyengat, semangat para siswa tak surut. Beberapa bahkan tampak menunggu giliran sambil membaca ulang materi, mencoba menenangkan diri sebelum dipanggil masuk.
Bagi sebagian besar dari mereka, ini adalah pengalaman pertama mengikuti seleksi sekolah secara formal. Beberapa orang tua mengaku tak bisa tidur semalam karena cemas, sementara anak-anak mereka justru terlihat lebih santai. Harapan tergantung di udara pagi itu—tentang masa depan, tentang kesempatan, tentang mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan lewat pendidikan.
Meski kuota terbatas dan persaingan ketat, proses seleksi di ketiga sekolah berjalan aman dan lancar. Para panitia bekerja ekstra, memastikan tidak ada kendala teknis, menjaga alur tetap tertib, dan memberi kesan positif bagi para peserta. Di sela hiruk pikuk, yang tersisa adalah harapan—dan doa yang tak putus-putus dari para orang tua yang setia menanti di luar pagar sekolah. (IP)