![]() |
Kondisi Kompleks SDN Pulasaren |
Cirebon, FKAN News — Keberadaan Komplek Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pulasaren yang terdiri dari lima sekolah di Kecamatan Pekalipan kini menuai sorotan tajam dari masyarakat. Kawasan pendidikan yang dahulu dikenal sebagai etalase pendidikan Pekalipan kini justru berubah menjadi pemandangan yang memprihatinkan.
Bangunan peninggalan zaman Belanda yang berdiri di atas lahan sekitar 7.500 meter persegi itu kini terlihat kumuh dan tidak terawat. Cat mengelupas, toilet tidak berfungsi, dan lingkungan sekolah jauh dari kesan bersih maupun kondusif bagi kegiatan belajar-mengajar.
Beberapa orang tua murid yang ditemui awak media FKAN News mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi tersebut.
“SDN Pulasaren sekarang amburadul, satu komplek tidak kompak, kebijakan masing-masing, bahkan cenderung bersaing tidak sehat,” ujar wali murid SDN Pulasaren 5.
“Aula kayak pasar, kantin sampai empat belas, tapi cat saja gak pernah diperbarui. Dikemanakan tuh duit?” tambah salah satu wali murid SDN Pulasaren 4.
Kedua orang tua murid itu juga mempertanyakan kredibilitas para kepala sekolah di lingkungan SDN Pulasaren, serta kebijakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon yang dianggap kurang tegas dalam melakukan pengawasan.
“Bagaimana Disdik bisa menempatkan orang-orang seperti itu?” pungkasnya.
Saat awak media mencoba meminta klarifikasi kepada pihak sekolah, tidak satu pun kepala sekolah berada di tempat. Beberapa guru yang ditemui hanya menjawab singkat, “Kepala sekolah sedang keluar,” tanpa menjelaskan ke mana mereka pergi. Bahkan, saat dihubungi melalui telepon, salah satu kepala sekolah yang juga menjabat Ketua K3S Kecamatan Pekalipan tidak memberikan respons.
Aula Disulap Jadi Kantin, Disewakan Rp300 Ribu per Bulan
Hasil penelusuran lapangan menemukan fakta lain yang tak kalah mengejutkan. Bangsal atau aula utama yang semula digunakan sebagai tempat kegiatan ekstrakurikuler, rapat guru, hingga pertemuan orang tua murid, kini berubah fungsi menjadi deretan lapak pedagang.
Dari informasi yang dihimpun FKAN News, sewa per kantin di dalam bangsal mencapai Rp300 ribu per bulan. Uang tersebut disetor para pedagang kepada Bu Pipi, yang disebut-sebut sebagai pengelola informal dari kalangan internal sekolah.
Konon, ide awal mendirikan lapak kantin di dalam bangunan bangsal tersebut muncul dari Kepala SDN Pulasaren 5, Ahmad Nuryadin, S.Ag.
Sumber internal menyebutkan bahwa praktik penyewaan lapak di area sekolah ini sudah berlangsung cukup lama dan masih berjalan hingga kini, meski keberadaannya tidak memiliki izin resmi dari Dinas Pendidikan.
Citra Pendidikan di Pekalipan Kian Tergerus
Kondisi ini menambah daftar panjang persoalan di dunia pendidikan dasar Kota Cirebon. Komplek SDN Pulasaren yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran, justru berubah menjadi komplek dagang, menodai wajah pendidikan di Kecamatan Pekalipan.
Publik kini menunggu tindakan tegas dari Dinas Pendidikan Kota Cirebon — apakah akan menertibkan praktik penyewaan lapak di lingkungan sekolah dan mengevaluasi kinerja para kepala sekolah yang dinilai gagal menjaga integritas serta marwah pendidikan. (P)